APARAT TNI MENEMBAK DAN MENGINTIMIDASI WARGA NELAYAN SUKU BAJO YANG TERDIRI DARI IBU-IBU DAN ANAK-ANAK

Namun
sayangnya maksud baik untuk melaksanakan ritual budaya Bajo oleh warga nelayan
Suku Bajo, disambut dengan hadangan gerombolan Aparat TNI. Terdapat 3 (tiga) buah
Speed Boat yang mendatangi Kapal Tumpangan Warga Nelayan. Acara adat nelayan
Suku Bajo tersebut juga disambut dengan letusan senjata laras panjang milik
aparat TNI.
Warga
nelayan Suku Bajo yang datang ke Tiaka, telah berkomitmen damai. Peserta yang
ikut dalam kegiatan ritual budaya ini, didominasi oleh Ibu-Ibu dan Anak-Anak. Kehadiran Ibu-Ibu dan
Anak-Anak mengindikasikan kedatangan warga nelayan bukan bermaksud untuk
mengadakan konfrontasi, tetapi konsen pada niat awal untuk mengadakan ritual
adat Bajo.
Tampak
pada foto diatas, lokasi sumur minyak Tiaka milik JOB Pertamina-Medco E&P
Tomori Sulawesi (PMTS). Tampak juga aparat TNI berdiri diatas Speed Boat dengan
senjata laras panjang. Lokasi penghadangan warga nelayan Suku Bajo tampak masih
cukup jauh dari lokasi sumur minyak Tiaka. Namun, pihak aparat TNI mengancam
dan mengarahkan senjata kearah warga nelayan hingga mereka mengeluarkan letusan senjata.
Dalam
foto diatas, tampak gambar yang dilingkari dengan warna merah, terlihat jelas
seorang juru tembak “Sniper” sedang berbaring tiarap diatas Speed Boat, dengan
sikap siap menembakan senjata kearah warga nelayan Suku Bajo yang hendak
mendatangi wilayah Tiaka.
Tampak
jelas gambar yang dilingkari dalam foto diatas, dua sosok penembak jitu
“Sniper” yang mengarahkan senjatanya disisi Speed Boat kearah warga nelayan
yang mayoritas adalah Ibu-Ibu dan Anak-Anak.
Insiden penembakan oleh aparat TNI dan intimidasi dengan senjata laras panjang beserta
kehadiran sosok penembak jitu “Sniper” yang mengarahkan senjatanya kearah warga
nelayan Suku Bajo merupakan bukti nyata masih eksisnya militerisme dan
tiranisme yang diperlihatkan oleh aparat TNI yang bertujuan untuk membungkam
aspirasi rakyat sipil.
Apakah
sepadan maksud baik kedatangan Nelayan Suku Bajo dengan tekad damai, lalu dibungkam
serta di intimidasi dengan senjata laras panjang dan Sniper aparat TNI?
Dimanakah ruang demokrasi dan hak-hak rakyat sipil yang seharusnya dihormati dan
tidak dihabisi dengan moncong senjata aparat?
Suara
megafon yang lantang menyuarakan aspirasi dan pesan masyarakat adat nelayan
Suku Bajo di balas oleh aparat TNI dengan letusan senjata laras panjang, apakah
itu sepadan?
Kepalan
tangan kosong rakyat yang menyuarakan suara keadilan dan kebenaran dibalas oleh
aparat TNI dengan letusan senjata api dan Sniper “juru tembak”.
Bukankah
senjata TNI hanya dapat diletuskan dalam kondisi perang? Apakah nelayan Suku
Bajo merupakan musuh pihak TNI yang harus mereka perangi?
Insiden
hari ini, begitu memilukan dan memprihatinkan bagi demokrasi bangsa
kita. Rakyat Suku Bajo yang notabene adalah salah satu suku bangsa yang diakui
eksistensinya dalam kebinekaan kita, diambil-alih sumber penghidupannya, lalu
dimiskinkan tanpa belas kasihan oleh investor minyak. Aktivitas adat yang sudah
lama hilang sejak beroperasinya sumur minyak diwilayah ini, rencananya akan
kembali dihidupkan pada hari ini, namun warga adat ditembaki dan di intimidasi oleh aparat TNI seolah-olah musuh yang wajib mereka perangi.
Semoga
di negeri ini masih terdapat keadilan dan tempat berkeluh-kesah bagi rakyat
yang lemah dihadapan kekuasaan dan militer yang memiliki senjata.
Hidup
Rakyat..
Hidup
Perlawanan Rakyat..
Kami
masih tetap melawan..
Post a Comment