Header Ads

test

MERAMPOK KEKAYAAN MOROWALI, antara Pemerintah & Pengusaha



Editor: Andri muhamad sondeng

Jumat, 22 April 2011 (revised) : Kekayaan Alam yang begitu melimpah di Morowali, seharusnya menjadikan masyarakat di daerah ini sejahtera. Mengapa tidak, kekayaan alam yang terkandung di bumi Morowali setidaknya terdapat 10 jenis sumber galian tambang. Tidak hanya daratan, perairan Morowali juga memiliki sumber daya mineral berupa minyak bumi dan gas alam. Akan tetapi kondisi tersebut tidak memberikan manfaat yang berarti buat daerah, khususnya bagi masyarakat morowali. 

Sebut saja, pertambangan minyak bumi yang ada diwilayah Mamosalato dan Bungku Utara yang di kenal dengan lapangan Minyak Tiaka "Tiaka Field" Blok Senoro-Toili. Hingga pengoperasiannya oleh Job Pertamina Medco sejak tahun 2003, sampai tahun 2011 keberadaan sumur minyak di wilayah ini belum memberikan dampak kesejahteraan terhadap perekonomian masyarakat di dua wilayah ini, terutama warga nelayan yang terpaksa kehilangan lahan pemancingan mereka. 

Ironisnya sumber mata pencaharian nelayan tradisional yang berpuluh-puluh tahun lamanya, yang merupakan jantung ekonomi masyarakat nelayan menjadi tidak dapat di akses, karena beroperasinya lapangan minyak Tiaka. 

Hal ini di sebabkan karena perairan Tiaka yang dulunya merupakan daerah dangkalan yang kaya dengan terumbu karang "coral reef" dan sebagai habitat bagi ratusan jenis ikan, hasil tangkapan teripang, gurita, dan kerang purba, telah di konversi "reklamasi laut" menjadi pulau untuk kepentingan pembangunan sumur minyak di wilayah ini. 

Yang memperparah kemiskinan dan penderitaan warga nelayan yaitu adanya aturan dari Perusahaan yang tidak membolehkan nelayan melakukan penangkapan di sekitar wilayah penambangan mereka. Hal tersebut membuat nelayan tradisional menjadi semakin terpuruk. 

Padahal wilayah ini merupakan spot pemancingan terbesar yang menopang kehidupan warga nelayan yang mendiami daerah ini. Bahkan bukan hanya nelayan dari dua Kecamatan ini saja yang melakukan kegiatan penangkapan ikan, nelayan dari kabupaten lain seperti Kabupaten Banggai (wilayah Rata), dan nelayan asal Buton (Sulawesi Tenggara) pun memanfaatkan melimpahnya kekayaan hasil laut di wilayah Tiaka. 

Dampak yang di rasakan oleh masyarakat nelayan tidak hanya di alami oleh mereka sendiri. Secara keseluruhan masyarakat di dua kecamatan ini pun ikut merasakan dampak negatif dari hadirnya tambang minyak tersebut. 

Menurunnya hasil tangkapan ikan, memicu terjadinya inflasi harga di beberapa bahan kebutuhan pokok, seperti  naiknya harga ikan, naiknya harga beras, dan kebutuhan pangan lainnya. Kondisi inflasi ini tidak diikuti dengan naiknya pendapatan masyarakat. Dengan kata lain masyarakat semakin miskin dan sulit memenuhi kebutuhan dasar ekonomi keluarga. 

Dampak kemiskinan yang di alami warga nelayan di daerah ini, sebagai akibat dari kebijakan pemerintah pusat yang memberikan izin konsesi "PSC minyak" yang nota bene adalah wilayah ulayat pemancingan nelayan. 

Nelayan tidak bisa hidup tanpa laut, ikan dan terumbu karang..

Seperti halnya petani yang tidak bisa hidup tanpa lahan pertanian..

Sebab laut, ikan dan terumbu karang adalah kesatuan budaya yang melekat pada kehidupan warga nelayan suku bajo di wilayah ini..

Pemerintah Daerah pun setali tiga uang dengan Pemerintah Pusat, sumber masalah yang di hadapi warga nelayan sejatinya di mulai sejak era pemerintahan Pak Tato yang saat itu menjabat Bupati Morowali. Pembiaran justru di lakukan oleh Pemerintah Daerah yang seharusnya melindungi kepentingan masyarakatnya sendiri. Tidak ada upaya untuk mencabut izin konsesi PSC minyak yang hanya merugikan masyarakat. Seandainya kegiatan Drilling "pengeboran" minyak di lakukan dengan cara "onshore", tentu saja tidak akan berdampak terhadap wilayah ulayat pemancingan warga nelayan. 

Disini entry point yang seyogyanya menjadi pertimbangan Pemerintah dalam menerbitkan izin kegiatan pertambangan. Pro pertumbuhan ekonomi itu sah-sah saja, tetapi tidak boleh menghancurkan daya dukung lingkungan dan kearifan lokal masyarakat setempat, terlebih lagi merampas penghidupan ekonomi para nelayan. 

Selain itu, perilaku koruptif pejabat Morowali hingga hari ini memperburuk nasib masyarakat di wilayah ini. 

Dana Bagi Hasil (DBH) yang diperoleh dari Minyak Tiaka, yang jumlahnya cukup besar di awal-awal produksi minyak Tiaka, tidak dimanfaatkan untuk pembangunan kembali infrastruktur vital di wilayah ini. 


Pihak Perusahaan mengakui, bahwa anggaran pemberdayaan (Comdev/ CSR) di berikan ke Pemerintah Daerah. Sedangkan Pemerintah Daerah membantah keterangan Perusahaan itu. Entah pihak mana yang sengaja mengkorupsi anggaran pemberdayaan tersebut, kedua-duanya baik Pemerintah maupun Perusahaan sama-sama tidak bertanggung-jawab. Seharusnya pengalokasian anggaran tersebut di lakukan atas sepengetahuan masyarakat di wilayah AMDAL "asas transparansi" . Faktanya, anggaran itu tidak dinikmati oleh masyarakat di wilayah AMDAL Tiaka. 

Selain itu anggaran DBH seolah-olah menjadi sumber pendapatan yang peruntukannya bagi pejabat daerah dan kroni-kroninya untuk memperkaya diri sendiri. Padahal dana tersebut seharusnya dapat di manfaatkan bagi kesejahteraan masyarakat di wilayah AMDAL. Bukankah Pemerintah Daerah bertanggung-jawab terhadap pembangunan di daerah?

Banyak aspek pembangunan di masyarakat yang seyogyanya perlu mendapat perhatian serius dari alokasi dana pemberdayaan masyarakat maupun dari penerimaan DBH terpaksa di abaikan. Generasi muda di dua wilayah ini, yang sejak awal menempuh pendidikan di jenjang S1 dan S2 tidak mendapat bantuan dari tersedianya dana tersebut. 

Padahal pendidikan di pandang penting untuk membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul. Menginvestasikan dana di bidang pendidikan akan sangat membantu pembangunan daerah ini dimasa yang akan datang. Apa jadinya masyarakat sepeninggal operasi sumur minyak di daerah ini, jika masyarakat tidak berpendidikan bagus. Laut dan terumbu karang mereka sudah rusak, mata pencaharian mereka sudah hilang, sedangkan warga nelayan akan tetap tinggal dan hidup di wilayah ini.

Yang sangat memprihatinkan lagi, dana yang jumlahnya miliaran rupiah ini, justru dijadikan dana kampanye Pilkada dan suksesi pemekaran wilayah “Morowali Utara” sejak tahun 2004 silam. Hal ini tentu saja sangat tidak adil bagi warga di dua kecamatan ini yang menjadi sumber eksploitasi  sumur minyak dan yang mengalami dampak terburuk terhadap kerusakan lingkungan serta memburuknya perekonomian mereka. Warga di dua kecamatan ini membutuhkan pembangunan ekonomi, bukan hanya di jadikan objek politik dan keserakahan birokrasi pemerintahan.

Hingga tahun 2011 ini, Dana Bagi Hasil (DBH) tidak diterima lagi oleh daerah. Terhitung sudah 3 (tiga) kali daerah tidak menerima DBH. Hal ini tentu saja sangat membingungkan bagi pemerintah daerah Morowali. "Pihak Kementerian ESDM mengatakan bahwa produksi lifitng minyak mengalami penurunan, sedangkan daerah telah menerima kelebihan bayar sejak tahun 2007 silam. Sehingga Morowali tidak memperoleh DBH tersebut", pernyataan tersebut di kutip dari Pemerintah Daerah. 

Terlepas dari pro kontra terkait perolehan DBH minyak Tiaka bagi daerah, mengapa tidak ada opsi untuk menutup saja sumur minyak Tiaka jika keberadaannya tidak menguntungkan masyarakat dan Pemerintah Daerah? 

Kata yang tepat untuk menggambarkan mengapa kontrak Tiaka tidak pernah akan di batalkan oleh Pemerintah karena:

“Daerah dan Negara harus menghormati kontrak jangka panjang eksploitasi (produksi) minyak di wilayah ini. Selain itu, Negara memperoleh pemasukan yang cukup besar dari sektor minyak. Kata Pemerintah, kegiatan produksi minyak di wilayah Tiaka adalah untuk kesejahteraan masyarakat juga.

Dengan demikian, argumentasi tersebut hanyalah rasionalisasi "pembenaran" semata oleh Pemerintah. Demi menghormati kontrak, Pemerintah mengabaikan penderitaan masyarakat yang hidup serba miskin dan kehilangan pekerjaan mereka. Dimana kemerdekaan yang harusnya rakyat nikmati? bukan hanya kemerdekaan untuk lepas dari penjajahan kolonial di masa lalu, melainkan kemerdekaan ekonomi yang mendasari pembangunan manusia Indonesia yang lebih berkeadilan dan bermartabat. 

Hadirnya tambang minyak di wilayah Tiaka, dengan serta merta menghancurkan kehidupan warga nelayan di wilayah ini. Hal demikian merupakan penjajahan terhadap warga negara, yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat, oleh oknum politisi dan pejabat birokrasi daerah yang korup, bersama antek-antek pemilik modal "berdalih investasi" yang merampas kehidupan warga nelayan hingga generasi anak cucu mereka, untuk ratusan tahun akan datang. 

Solusi akhirnya, hanya satu yaitu terus menyuarakan perlawanan..
Lawan-lawan-lawan...

30 komentar

andri mengatakan...

terkadang pemerintah tidak sadar dengan kontrak pertambangan yang mereka buat telah menyengsarakan rakyat banyak..

Anonim mengatakan...

Seharusnya Pemerintah bekerja sama dgn masyarakat serta pengusaha dalam menyelesaikan problem ini. Buat aturan baru secara objektif dlm pengembangan Kab. Morowali. tetapkan Win win solution. supaya tdk ada yg di rugikan untuk jangka panjangnya ! bebas tuntutan Lagi.

Anonim mengatakan...

keliatannya banyak data yang kurang tepat dan nyaris semunya fitnah... mungkin pak andri sondeng ini dulu pingin test di medci terus ditolak yach... kok benci banget yach ama yang namanya medco...

mudah2an cepet sadar yach,ternyata anda itu mesti banyak belajar lagi... masa gelar nya udah banyak tapi fikirannya sempit...

Anonim mengatakan...

huehuehue... lucu tenan.. sarjana dudul ya gini ini... IP sampeyan piro Mas?

Gini lho Mas.. itung-itungan anak SD yang belum SH, SKM, dan MPH gini...
Produksi =1600 BOPD
Harga Minyak =100 $/bbl
Biaya operasi = 20$/bbl
jadi kasaran, total duit=1600*(100-20)=128,000$/d
bagi hasil=85-15 (pemerintah 85, kontraktor 15)
pajak kontraktor hulu=40%
jadi pemerintah dapet=116,480$/hari
medco dapet =5760$/hari
pertamina sama aja=5760$/hari

Jadi bagian pemerintah BUANYAK lho den bagus andri SH, SKM, S-CENDOL..
Tugas pemerintah lah yang distribute ke daerah dengan konsep otonomi... Kalo daerah sudah dapet, ya daerahnya yang bagi-bagi..
Kalo kok ternyata duit 116,480$/hari alias semilyar sehari itu gak sampe ke masyarakat ya wajar lha wong bupati sama DPRDnya kayak sampeyan-sampeyan itu...yang sookkk tau..

BTW kok blog yang didepan nggak bisa di comment ya? saya gatel juga pengen ngomentari... dasar S-CENDOL

Anonim mengatakan...

SH+SKM ngomongin urusan perminyakan? ya gini deh...tong kosong nyaring bunyinya. Tahu sedikit, tapi merasa tahu banyak :-p
Lebih baik lanjutin aja main game di FB dan bikin foto narsisnya bung..hihihi

Anonim mengatakan...

Tukang kibul... kayaknya mentalnya udah pas jadi DPR tuh... :D

Anonim mengatakan...

SKM..? susu kental manis..

Anonim mengatakan...

mas..cari perhatian ya biar jd selebritis? masuk tipi? hehehh..tar lo jg kalo udah jd bupati ato ketua DPRD sama aja kelakuannya doyan duit..setan tuyul aja doyan duit apalagi elo bapaknya setan! kan daerah lo udah dapet dana dari pusat hasil pembagian minyak? mestinya tanya dong ke pemerintah lo kmanain tuh duit yang aturan bisa dipake buat kesejahteraan rakyat? lo mau nyantumin gelar sebanyak apa juga klo lo bodoh ya ttp aja bodoh! btw, kasian yaa rakyat yang dibodohin sama elo! mentang2 "S" lo banyak apa?? hueheheh! jangan2 lo ada kepentingan pribadi neh tp bawa2 nama rakyat? dasar licik lo!

Anonim mengatakan...

om kalo kita baca ngana pe Blog ini, samua ngana mo usir investor dari Morowali..lantas ngana mo kase gali sandiri deng ngana pe cakar smpe kaluar minyak dan nikel? kalo bicara pake otak om! memang ngana pikir Morowali kaya tp kalo tidak ada investor ba'olah mana mungkin bisa punya pendapatan? jan banyak bicara om, ngana punya doi buat ba'olah SDA Morowali? kalo tidak, diam saja!! ngana ini sok pintar tp bodo'!!

Unknown mengatakan...

anonim terhormat..terimakasih atas komentar anda yang seperti anak balita..anda membuat simulasi perhitungan contractor share dan goverment share..anda pikir semudah itu membagi 85% untuk bagian pemerintah dan 15% untuk bagian anda selaku KKKS..haaaaaa..anda yang bodoh..saya ajari anda disini perhitungannya..apa yang anda sebut-sebut sebagai dana bagi hasil untuk GOVERMENT SHARE dan CONTRACTOR SHARE itu adalah dana yang sebelumnya telah dikurangi dengan COST RECOVERY, INVESMENT CREDICT, dan FEE TRANCHE PETROLEUM..anda sealaku KKKS selain memperoleh Dana bagi hasil sebesar 15% juga memperoleh dana yang juga sangat besar dari dana COST RECOVERY..dana COST RECOVERY tersebut masuk dalam Autorization for expenditure SETELAH disetujui oleh BPMIGAS..anda justru yang PEMBOHONG besar..dimana anda selewengkan dana comdev..berdasarkan pedoman BPMIGAS bahwa KKKS lah yang punya kewajiban mengeluarkan dana COMDEV..hei bung...OTAK ANDA SEPERTI BALITA YA...anda orang MEDCO ya..dasar anjing-anjing KAPITALISME..Masalah Win-win solution, anda pikir kami tidak pernah melakukankannya..anda orang baru ya..kami sudah mengadvokasi persoalan TIAKA sejak tahun 2007 silam..sudah ada kesepakatan, sudah ada komitmen..giliran rakyat menagih janji, anda banyak menipu masyarakat..anda CORPORAT atau COMPOR MINYAK TANAH..semua program yang anda lakukan tidak pernah di dahului oleh NEED ASSESMENT..anda belajar dari mana menerapkan program-program comdev tanpa NEED ASSESMENT..ANDA INI LULUS SARAJA ATAU lulus SMA aja ya..HAAA..dasar pikiran BALITA..anda banyak membohongi warga nelayan..apa anda pernah melakukan pemberdayaan ekonomi warga nelayan...sehingga jangan salahkan peristiwa kemarin, anda dihabisi oleh aktivis, mahasiswa dan warga..anda adalah anjing-anjing KAPITALISME..anda KAYA sendiri, warga nelayan anda biarkan hidup miskin...

Unknown mengatakan...

ANONIM YANG SANGAT LUGU..anda itu berpikir seperti ADAM SMITH, tokoh ekonom dunia yang mengajarkan keserakahan..anda pikir rakyat tidak bisa hidup tanpa tambang...pengelolaan tambang di MOROWALI banyak melanggar kaidah lingkungan..anda jangan BODOH..lingkungan yang dimaksud dalam AMDAL termasuk linkungan fisik,biologis, dan sosial..klw anda ingin memperoleh izin dan kenyamanan ivestasi..penuhi dulu kewajiban anda untuk menjamin keberlangsungan lingkungan tersebut..jika tidak anda keluar dari MOROWALI..hei OTAK DENGKUL..kami bisa hidup sejahtera dengan menjadi PETANI dan NELAYAN..tanpa anda pengusaha TAMBANG..rakyat tetap bisa mandiri secara ekonomi..faktanya, keberadaan anda-anda pengusaha pertambambangan tidak mendatangkan kesejahteraan, melainkan kesengsaraan...DASAR ANJING-ABJING KAPITALISME..

Unknown mengatakan...

ANONIM yang Kena PENYAKIT KULIT..klw tangan anda gatal, jangan kepala yang digaruk..klw OTAK ANDA yang STUPID jangan salahkan OTAK orang lain..HAAA..ANONIM-ANONIM..PERHITUNGAN GITU AJA di banggain..UMUR PANJANG SAYA AKAN MUAT VERSI bahasa inggrisnya tentang PRODUCTION SHARING CONTRACT (PSC)..SOK PINTER YA..HAA

Unknown mengatakan...

anonim..KLW ANDA MENGATAKAN FITNAH..anda jangan berasumsi aja alias menjadi penghayal...kenapa anda penghayal? anda itu tidak punya data pembanding..tunjukin disini data anda..kami bicara realitas yang terjadi di MOROWALI..kami hidup, dan tinggal di daerah ini..DASAR PENGHAYAL...

Unknown mengatakan...

ANONIM..lagi-lagi anda itu penghayal..sok jadi selebritis lah, BUPATI LAH..anda punya BUKTI nggak? anda ngomong kebanyakan dengan PRASANGKA-PRASANGKA..ANDA PANTAS saya beri gelar sebagai THE KING OF "PENGHAYAL"

Unknown mengatakan...

ANONIM..orang-orang yang berani berkomentar tanpa menunjukkan identitas aslinya..adalah orang-orang munafik..WHY..karena mereka pada dasarnya MALU dan TAKUT dengan diri mereka sendiri...jadilah anda orang-orang yang GENTLEMENT..dasar BANCI dan pengecut..

Unknown mengatakan...

HEI MEDCO..KEHADIRAN ANDA ADALAH BENCANA BUAT KAMI..ANDA JUGA TELAH MEMBUNUH KELURGA, DAN SAHABAT KAMI..PEMBUNUHAN ITU DIMULAI SEJAK ANDA BERPOERASI DIWILAYAH KAMI..BERAPA NYAWA LAGI AKAN MATI KARENA ANDA..HEI PEMBUNUH..KAMI TIDAK AKAN MENYERAH...

Unknown mengatakan...

ANONIM...HEI OTAK DENGKUL anda fikir kami tidak punya sarjana pertambangan ya...haaa..anda sangat kekanak-kanakan..kami boleh saja anak nelayan, tinggal dikampung...tapi anda jangan memandang remeh SDM anak daerah MOROWALI..tunggu aja AKSI BERIKUTNYA..KAMI AKAN TERUS MELAWAN...

Unknown mengatakan...

anonim: dasar PEMBUNUH..NYAWA DIBAYAR NYAWA

Unknown mengatakan...

ANONIM: sungguh seorang PENGHAYAL..berapa sih GAJI MEDCO? haaa...sory penghayal...berpikir kerja di MEDCO aja, buat saya mual..KAMI tidak butuh MEDCO..yang kami butuh adalah segera kembalikan wilayah ulayat NELAYAN TRADISIONAL..kami tidak butuh kaya...kami hanya butuh hidup secara layak dan terhormat,,dibanding anda hidup kaya diatas penderitaan orang lain..kekayaanmu adalah kemiskinan bagi kami..lebih baik saya jadi petani, dan nelayan dibanding hidup diatas penderitaan orang lain..dasar KAPITALIS..

Anonim mengatakan...

Assalamualaikum wr wb, Saudaraku.

Perkenalkan.. Nama saya Alamsyah, mohon maaf kalo saya tidak mencantumkan alamat email saya. Saya sudah baca mengenai blog anda. Saya pemerhati masalah ketidakberpihakan pemerintah kepada rakyat jelatah seperti kita. Setelah membaca blog anda saya tersentuh dengan tulisan anda dan mendukung kalo memang anda adalah pejuang kesejahteraan Rakyat didaerah anda.
saya teliti background saudara mulai dari kuliah di makasar, kuliah di yogya. tidak saya sebutkan universitas mana..karena saya pun merupakan alumni yang sama dengan saudara.

Mulai anda ikut PMII, masuk ke HMI dan akhirnya anda menjadi seperti ini..that's good.

Tapi ternyata ada info yg saya dapat dari teman2 lain, yang membuat saya jadi kecewa dengan saudara. Ternyata anda pun tidak pure murni membela Rakyat kita.

Anda ternyata membawa kepentingan salah satu pengusaha besar di indonesia ini yag hanya ingin menjatuhkan pengusaha yang lainnya. saya yakin anda mengerti maksud saya.

Saya hanya mengingatkan, kembalilah berjuang untuk Rakyat... Murni hanya untuk Rakyat. Mudah2an Allah meridhoi perjuangan kita yang murni.

Wassalam.

Anonim mengatakan...

Walah...
ada yang salah pengertian nih...
FTP itu memang menguranngi jatah ETS (equity to be split)... tapi toh jatoh-jatohnya ke pemerintah juga...
Nah kalo cost recovery itu, jangan dianggep sebagai keuntungan KKKS.. lha wong itu mbalikin modal kerja yang sejak awal udah dikeluarkan sama KKKS dengan proses2 depresiasi dll... jadi cost recovery itu jangan dianggep sebagai rejeki nomplok.. itu cuma mbalikin modal.. Mana ada KKKS mau kerja kalo nombok..

Anonim mengatakan...

"Anda ternyata membawa kepentingan salah satu pengusaha besar di indonesia ini yag hanya ingin menjatuhkan pengusaha yang lainnya. saya yakin anda mengerti maksud saya"


OOOOO GITU TO... huehuehue... ampun Mas kalo gitu saya nggak ikut2... kekekeke

Unknown mengatakan...

@alamsyah: anda mimpi disiang bolong ya..sejak kapan saya jadi kader PMII..anda salah orang bung..mungkin anda perlu bedah otak, supaya anda tidak disorientasi orang..terkait PENGUSAHA BESAR? lagi-lagi anda penghayal besar..anda perlu tahu, keluarga besar saya tinggal dan hidup di 2 Kecamatan diwilayah AMDAL MEDCO E&P Tomori sulawesi..hei pembohong..saya tidak sama seperti anda, yang rela menggadaikan orang-orang tua kami demi kepentingan uang..justru saya merasa lucu, ada orang seperti anda membuat pengakuan sebagai sahabat saya, sekaligus "menjustification" bahwa saya membawa kepentingan PENGUSAHA tertentu..HAAAA..anda benar-benar PEMBOHONG BESAR..

Unknown mengatakan...

@ANONIM: HAA..anda lagi lagi mau membodohi kami ya...saya beritahu anda tentang "Equity to be split" yang diperoleh setelah pengurangan 20% FTP, CI, dan Cost Recovery..batas Cost Recovery yang di izinkan dalam PSC Indonesia disepakati maksimu 80%..artinya memang biaya produksi anda dikembalikan oleh pemerintah..makanya, anda tidak rugi kan? terlebih lagi anda mendapat 15% dari ETBS..yang merupakan CONTRACTOR SHARE..tapi ingat anda tetap untung kan? kesimpulannya: A). anda tidak rugi karena ada cost recovery B). anda tetap dapat untung dari ETBS 15%...TAPI APA Yang anda berikan KEMASYARAKAT? pertama: anda miskinkan kami, kedua: anda palsukan AMDAL, ketiga: anda membunuh kami dengan senjata...DASAR BAJINGAN..anda menyebut lagi, tentang bagi hasil dari ETBS GOVERMENT SHARE 85%..itu memang besar..tapi untuk siapa? LAGI-LAGI UNTUK PEMERINTAH PUSAT..LAGI-LAGI JAKARTA..85% untuk PUSAT..15% untuk DAERAH..ini TIDAK ADIL..selain itu...apakah dana COMDEV itu merupakan "OBLIGATION" PEMDA? haaa..anda lagi-lagi bodoh..COMDEV itu "OBLIGATION OF KKKS"..anda sudah PAHAM HEI PEMBUNUH...DASAR BAJINGAN KAPITALIS...

Unknown mengatakan...

@ALAMSYAH dan @ANONIM: anda klw tidak tahu perjuangan warga nelayan melawan penindasan ekonomi oleh MEDCO ENERGI..sebaiknya anda berhenti berkomentar GOSIP-GOSIP JALANAN..saya beritahu anda bagaimana warga menghabisi MEDCO? harusnya anda malu dengan komentar anda...warga mengumpulkan harta yang bisa mereka sumbangkan,,ada yang nyumbang solar, ada yang nyumbang perahu, ada yang nyumbang nyawa mereka..anda tahu untuk apa warga nelayan melakukan itu..untuk mengusir anda keluar dari wilayah kami..nyawa kawan kami harus anda bayar dengan mahal...nyawa di balas nyawa...memang kami tidak punya HARTA dan KEKUASAAN..tapi kami punya DARAH, DAGING, DAN TULANG..kami akan membarter itu untuk mengusir anda dari wilayah kami...

Anonim mengatakan...

ampun boz... maklum gw baru lulus SD... jadi blom ngerti itungan nyang begituan..

Jadi gimana boz yang bener, versi SH, SKM, MPH.. gimana bisa Arifin Panigoro bergelimang 6.8 triliun setahun dari 1600 BOPD... itungan yang bener gimana boz... ayo..ayo tampilkan...

Anonim mengatakan...

kalo semuanya masuk medco,
1600 bopd x 100$/bbl x 365 hari x 8500 rp/$ = Rp 496.4 Miliar...

lho dari mana ya uang yang katanya 6.8 triliun setahun dari Tiaka itu ya..huehuehue.. belum lagi dikurangi share, belum lagi dikurangi pertamina, misthubishi, pajak...

duududuudududu...
lalalala..lalala...

Anonim mengatakan...

Bung Andri,
Dari apa yang anda sampaikan Sepertinya cara-cara Provokasi anda pada masyarakat sangat identik sehingga diantara mereka ada yang bersedia menjadi "Pengantin" untuk tujuan anda. Semoga apa yang saya pikirkan tidak lebih hanya praduga sementara saja...

Anonim mengatakan...

andrilovers:
@anonim: orangnya MEDCO YEE...... anda dengan entengnya mengatakan bahwa "keliatannya banyak data yang kurang tepat dan nyaris semunya fitnah" klo begitu, apakah anda punya data tentang Medco dan keadaan kesajteraan rakyat morowali SAAT INI? agar kami bisa membandingkan dan tahu bahwa siapa sebenarnya yang BERBOHONG!

Anonim mengatakan...

andrilovers:
@alamsyah: ngakunya berpendidikan tapi ngomong kok tanpa data!
selalu saja berkhayal,perjuangan yang dilakukan oleh bung ANDRI bukanlah provokasi menurut kami melainkan sebuah pendidikan bagi rakyat morowali untuk bangun dan sadar bahwa mereka telah dijajah di WILAYAH sendiri....
anda seharusnya BAngga pada bung andri karna msih ada orang yang suka rela berkerja untuk rakyat, dan seharusnya anda malu karna dengan pendidikan tinggi Yang anda miliki! ANDA TIDAK SEDIKITPUN BERBUAT APA-APA UNTUK RAKYAT... MAKA SANGAT BENAR ANDA DIKATAKAN SEBAGAI ANJING-ANJING KAPITALISME......