Gempa Besar Morowali Dimasa Mendatang Akan Terjadi, Drilling Minyak Tiaka Memperparah Kondisi Jalur Tektonik yang Melintasi Morowali
Author: Andri Muhamad Sondeng, an Epidemiologist
Masih Teringat oleh warga Bungku, Morowali, Sulawesi Tengah,
peristiwa Gempa yang terjadi tahun 2012 silam yang sempat membuat
panik warga Bungku dengan gempa berkekuatan 5,7 SR. Dalam laporan resmi BMKG (Badan Metereologi, Klimatologi dan Geofisika) menyebutkan pusat getaran gempa di wilayah Morowali, Sulawesi Tengah tersebut berada di 82 Km bagian Tenggara Luwu Timur, Sulawesi Selatan dengan lokasi koordinat 2,59 Lintang Selatan dan 121,85 Bujur Timur seperti yang tampak pada peta dibawah ini:
Terbentuknya daratan Bagian tenggara Pulau Sulawesi “Sulawesi
Tenggara” dan bagian timur Sulawesi “Morowali dan Banggai” adalah akibat dari
pergerakan lempeng samudra pasifik kearah lempeng Eurasia “Banda Sea” yang pada
akhirnya membentuk daratan Sulawesi seperti yang kita lihat saat ini:
Lempeng Samudra Pasifik, yang terus bergerak ke barat, di
belakangnya diikuti benua-benua renik yang berasal dari pinggir utara Benua
Australia mengakibatkan terjadinya tabrakan antara benua-benua renik ini dengan
Lempeng Samudra Pasifik, sehingga lempeng samudra tersebut naik ke
atas benua renik.
Dengan pergerakan “subduksi” dari dasar samudra yang
membentuk Pulau Sulawesi di bagian Tenggara dan Timur Sulawesi, maka diwilayah
ini ditemukan setidaknya 6 jalur patahan yaitu patahan Matano yang melintasi
wilayah Morowali, lalu disebelah Timur Morowali terdapat jalur patahan Sula
Selatan dan Sula Utara, dibagian Utara Morowali terdapat patahan balantak, di
sebelah barat Morowali terdapat patahan Palu-koro yang memanjang hingga patahan
Kolaka, dan di sebelah selatan patahan Matano “selatan Morowali” terdapat
patahan Lawanopo.
Jalur patahan yang terbentuk ini merupakan sumber aktivitas
tektonik yang sewaktu-waktu dapat menimbulkan gempa tektonik seperti yang
dirasakan oleh warga Bungku, Morowali di tahun 2012 silam.
Gempa yang terjadi di tahun 2012 lalu, sebenarnya berada pada
jalur patahan Lawanope yang berlokasi di wilayah Sulawesi Tenggara dan
berbatasan dengan wilayah Luwu Timur, Sulawesi Selatan.
Dibagian paling Utara jalur patahan Lawanope, bersambungan
dengan jalur patahan Matano yang melintasi wilayah Bungku, Morowali, dan
berlanjut ke bagain Timur Morowali hingga membentuk jalur patahan Sula selatan.
Hidrokarbon “oil dan gas” adalah reservoir yang menjadi
bantalan sturuktur lapisan tanah yang ada di wilayah pergerakan lempeng
tektonik. Diakui oleh para ahli bahwa reservoir hidrokarbon terbentuk sebagai
bagian dari aktivitas vulkanik dan pergerakan lempeng tektonik “teori biotik
maupun abiotik origin of oil”.
Tanpa pergerakan tektonik, maka fosil plankton,
tumbuh-tumbuhan, dan hewan yang mati berjuta-juta tahun yang lalu tidak akan
dapat membentuk “jebakan hidrokarbon”. Pergerakan lempeng tektonik menginduksi
fosil-fosil karbon tersebut kedalam lapisan paling dalam bumi, dan memulai
proses pembentukan hidrokarbon. Temperatur bawah tanah, yang semakin dalam akan semakin tinggi
dipandang sebagai faktor penting dalam pembentukan hidrokarbon.
Jebakan hidrokarbon tersebut secara perlahan-lahan akan
membentuk reservoir hidrokarbon pada lapisan bebatuan yang bersifat permeable “caps
rock”, dan menjadi bantalan lapisan geologi yang solid di lapisan lempeng
tektonik yang terbentuk.
Aktivitas drilling minyak Tiaka berada pada bagian utara
patahan Matano yang melintasi Morowali seperti yang tampak pada gambar di bawah
ini:
Aktivitas
drilling sering dikaitkan dengan munculnya aktivitas gempa tektonik. Lempeng
tektonik mengakibatkan munculnya aktivitas vulkanik dan seismik “gempa”. Minyak
di yakini sebagai “lubricant” yang meminimalisir gesekan pergeseran lempeng,
sehingga mengurangi “tremor” akibat pergerakan lempeng tersebut. Akibat
berkurangnya “lubricant” akan berdampak pada hadirnya gempa bumi yang jauh
lebih besar.
Akibat
eksploitasi “lubricant” lempeng tersebut, jalur patahan yang berada disekitar
aktivitas “drilling” akan terganggu, sehingga menimbulkan “induksi” patahan
yang dapat mengakibatkan “tremor atau gempa” tektonik. Tremor yang cukup besar
akibat gempa tektonik pada jalur patahan seringkali menimbulkan dampak buruk “umpan
balik negatif” pada struktur lapisan tanah dimana “drilling” itu dilakukan, seperti
yang terjadi pada semburan lumpur panas lapindo. Struktur patahan Watukosek
yang melintasi wilayah Porong, Sidoarjo dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Proses
terjadinya “erupsi” lumpur panas Lapindo terbilang kontroversial, sejumlah ahli
berpendapat bahwa proses terbentuknya semburan lumpur panas Lapindo sebagai
akibat “self-destruction/ error-drilling” yang mengakibatkan bencana semburan
lumpur panas Lapindo “Mud Eruption”. Sejumlah tremor “gempa” yang terjadi di
pulau Jawa, seperti Gempa Jogja pada tanggal 27 Mei, 2006 yang di hipotesiskan
sebagai salah satu penyebab “Lapindo Mud Eruption” hanyalah menginduksi patahan
yang sudah ada sebelumnya. Drilling adalah faktor mekanis utama yang
mengakibatkan retaknya permukaan tanah “termasuk lapisan batuan permeable/ caps rock” yang pada
akhirnya melepaskan gas keluar dari reservoir –nya di dalam tanah.
Gempa yang terjadi di Morowali pada Tahun 2012 silam, hanyalah riak kecil dari pergerakan lempeng tektonik. Rapuhnya jalur patahan yang melingkupi wilayah Morowali akan semakin mudah untuk di induksi oleh hadirnya kegiatan drilling hidrokarbon di wilayah Tiaka. Pergerakan lempeng tektonik adalah proses alami yang terjadi di kerak bumi. Jika proses alami ini terganggu dengan semakin berkurangnya “lubricant” yang melapisi lapisan tanah yang ada di sekitar lempeng tersebut, dampaknya tentu bisa kita prediksi, gempa besar akan terjadi di Morowali dalam waktu yang tidak lama lagi.
Hipotesis
ini bukanlah tanpa alasan, sejumlah reaktivasi gunung-gunung vulkanik dan
sejumlah aktivitas tremor tektonik di Pulau Jawa membuktikan adanya peningkatan
aktivitas vulkanik dan tektonik, sebagai akibat pergerakan lempeng yang sedang
mencari titik keseimbangan baru. Wilayah Jawa sebelumnya merupakan sumber
eksploitasi cadangan hidrokarbon yang telah berlangsung sejak zaman colonial dan
masih berlanjut hingga saat ini.
Salah
satu yang memperkuat hubungan aktivitas vulkanik-tektonik dengan hidrokarbon adalah
ditemukannya cadangan hidrokarbon yang linier dengan adanya jalur pergerakan
lempeng tektonik dan aktivitas vulkanik di wilayah tersebut.
Persiapkan
diri anda terhadap kemungkinan terburuk dari kemarahan alam, akibat keserakahan
manusia yang tidak kenal batas.
Post a Comment