Bencana Banjir Morowali: Hutan-Hutan Yang Telah Kehilangan Keramahannya
Bencana
banjir di Morowali yang merendam pemukiman penduduk dan merusak beberapa infrastruktur
Morowali, termasuk akses transportasi menuju dan keluar dari Morowali terjadi
sejak hari Rabu 24 Juli 2011.
Mengapa Banjir Bandang menimpa Morowali?
Bencana
banjir bandang di Morowali dapat diprediksi sebelumnya melalui sejumlah
indikator yang berkaitan erat dengan kondisi kawasan hutan Morowali yang ada
saat ini. Salah satunya adalah melalui indikator jumlah lahan kritis yang
dimiliki oleh Morowali yang semakin meningkat statusnya dan tentu saja
merupakan faktor potensial munculnya bencana banjir dan longsor. Berikut kami
tampilkan data kondisi lahan kritis di Kabupaten Morowali:
Total lahan kritis di
Morowali di Tahun 2009 saja sudah mencapai 165.727 Ha. Lahan kritis merupakan
lahan yang tidak lagi produktif, bersifat tandus, gundul, mengalami kerusakan,
sebagai akibat dari pengolahan lahan yang kurang memperhatikan aspek-aspek
kelestarian lingkungan. Lahan kritis ini dapat terjadi di dataran tinggi,
pegunungan, daerah yang miring, atau bahkan di dataran rendah.
Sumber
data lain menyebutkan data penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan di luar
sektor kehutanan dapat dilihat sebagai berikut:
Luas
lahan pertambangan yang sudah masuk dalam fase eksploitasi adalah 18.871 Ha. Sedangkan luas lahan sawit yang diperoleh dari total jumlah luas lahan perkebunan sawit dan lahan yang peruntukannya untuk pembangunan jalan perkebunan sawit memiliki total luas lahan sebesar 21.486 Ha. Baik lahan pertambangan
maupun lahan perkebunan sawit tersebut, secara umum di peroleh dari pembukaan kawasan hutan
(sebagian kawasan perkebunan sawit menggunakan lahan gambut). Dan hal ini
berpotensi menimbulkan kehilangan yang cukup banyak dari ekosistem hutan yang sangat
penting untuk menjaga keseimbangan penyimpanan cadangan air di kawasan
Morowali. Fungsi hutan begitu sangat penting ketika musim penghujan datang,
karena hutan dapat menjadi buffer
alami bagi penyimpanan volume air hujan yang sangat baik di saat musim penghujan tiba.
Fungsi
kawasan hutan terbilang penting sebagai buffer
terhadap curah hujan yang cukup tinggi, sehingga air hujan yang turun dalam
jumlah yang banyak dapat di serap lebih cepat ke dalam tanah, sehingga mencegah
timbulnya banjir.
Penyebab lainnya?
Meningkatnya
jumlah lahan kritis dan perluasan penggunaan kawasan hutan, bukanlah
satu-satunya penyebab banjir bandang yang terjadi di Morowali. Berdasarkan data
pencitraan satelit, menunjukkan adanya peningkatan curah hujan dalam beberapa
hari ini sehingga menimbulkan bencana banjir.
Peta
pencitraan diatas diambil pada hari Kamis, 25 Juli 2013, pukul 14.30 WITA. Tampak
sangat jelas, awan tebal menyelimuti seluruh kawasan Morowali. Awan tebal
tersebut mencirikan daerah yang sedang mengalami curah hujan yang sangat
tinggi. Sehingga potensi timbulnya banjir bandang, sangat mungkin terjadi.
Peta
pencitraan diatas menunjukkan bahwa wilayah Morowali memiliki jalur aliran
sungai yang cukup banyak. Jalur aliran sungai ini bermanfaat untuk menerima dan
mengumpulkan air hujan dan mengalirkannya ke wilayah laut. Dalam kapasitas
hujan yang cukup tinggi, luapan air hujan dapat saja terjadi akibat daya tampung
aliran-aliran sungai tersebut melebihi kapasitasnya. Hutan dalam hal ini sangat
berperan penting untuk membantu menyerap air hujan yang turun cukup banyak pada
musim penghujan, dengan menyimpannya di dalam tanah, sehingga curah hujan yang
tinggi, tidak menggenangi aliran-aliran sungai dengan volume yang berlebih. Sehingga
potensi banjir bandang bisa saja dicegah.
Pencitraan
satelit diatas diambil pada pita gelombang inframerah dan menggambarkan suhu
relatif hangat atau menggambarkan dinginnya obyek-obyek yang teramati oleh
satelit cuaca. Awan-awan rendah umumnya memiliki suhu yang hangat dan berada
relatif dekat terhadap permukaan bumi yang digambarkan oleh awan-awan berwarna
biru tua sampai dengan hijau muda. Sementara itu, awan-awan bersuhu lebih
dingin yang umumnya memiliki puncak awan lebih tinggi ditunjukkan dengan
awan-awan berwarna oranye sampai dengan pink terang. Citra inframerah ini
sangat berguna untuk mendeteksi awan-awan di waktu siang maupun malam
hari.
Pencitraan satelit diatas diambil pada pita panjang gelombang yang sensitif terhadap kandungan uap air di
atmosfer. Warna putih terang menggambarkan adanya kandungan uap air (menunjukkan
udara lembap). Sedangkan wilayah dengan warna biru menunjukkan kelembapan udara
yang tinggi sehingga berbentuk seperti kristal-kristal es di dalam awan. Sedangkan
warna cokelat menunjukkan kelembapan udara rendah sebagai pertanda kandungan
uap air yang rendah/ sedikit. Citra water vapor ini sangat penting untuk
menentukan wilayah-wilayah udara yang memiliki kandungan uap air yang tinggi
serta mendeteksi sirkulasi udara di atmosfer bumi.
Berdasarkan data-data pencitraan satelit yang telah ditampilkan diatas, beserta sejumlah data yang terkait dengan kondisi kawasan hutan yang dimiliki oleh Morowali, sedikit banyak dapat membantu kita memahami faktor-faktor potensial yang dapat menyebabkan bencana banjir bandang yang sedang terjadi di Morowali.
Berdasarkan data-data pencitraan satelit yang telah ditampilkan diatas, beserta sejumlah data yang terkait dengan kondisi kawasan hutan yang dimiliki oleh Morowali, sedikit banyak dapat membantu kita memahami faktor-faktor potensial yang dapat menyebabkan bencana banjir bandang yang sedang terjadi di Morowali.
Pelajaran penting
yang harus dicermati oleh seluruh pemegang kebijakan di Morowali agar
senantiasa menerapkan pembangunan daerah yang berwawasan lingkungan. Sehingga bukan
hanya mendorong kemajuan ekonomi dan pendapatan daerah semata, melainkan pula mendorong daya dukung lingkungan agar semakin baik. Karena Bumi tempat
kita tinggal adalah rumah bagi seluruh ekosistem yang hidup di bumi ini.
Mengutip ucapan
Dr. Simon Lewis "Losing parts of the rainforest would have an impact on climate change, biodiversity and the communities that depend on the environment"
Save our environment, to keep our generation.
Post a Comment